Oleh Rahmad Muliadi
Partai politik merupakan salah satu indikator berjalannya mesin dalam sistem demokrasi, karena melalui partai politik warga negara dapat berpartisipasi untuk mengelola negara. Secara historis keberadaan partai politik untuk menjawab krisis dan bisa menjalin hubungan antara pemerintah dengan masyarakat.
Membaca dan menakar dinamika yang terjadi di tubuh partai politik saat ini menjadi menarik. Yang namanya konflik di tubuh partai, perpecahan, kongres atau munas tandingan, kepengurusan ganda itu bukan hal baru di Indonesia. Kader-kader partai politik memiliki persaingan antara sesama untuk mendapatkan kekuasaan. Sehingga konflik tingkat nasional maupun daerah seperti partai nasional maupun partai lokal tidak lepas dari konflik internal. Ini diakibatkan ideologi dan komunikasi yang kurang baik di dalam tubuh partai.
Konflik seperti partai Golkar, PPP, PKS dan di provinsi Aceh adanya Partai Aceh, Partai Nasional Aceh dan lain-lain. Untuk merespon gejolak yang terjadi di tubuh partai politik diakibatkan perbedaan ideologi dengan anggotanya dan persaingan pemimpin dalam partai, tidak adanya figur atau tokoh karismatik yang mampu menjadi simbol sekaligus pemersatu partai, serta manajemen yang buruk dalam tubuh partai terciptanya konflik internal. Hal ini terjadi sebagaimana dikatakan oleh Nurcholis Madjid adalah belum ada kedewasaan berpolitik dalam partai politik.
Tantangan yang dihadapi oleh partai politik masih sangat banyak menyangkut masalah internal maupun eksternal. Adanya manajemen konflik yang baik partai politik mampu melimalisir konflik di internal, sehingga partai politik mampu menjaga kepentingan partai dan mengelola negara dengan baik. Seperti dikatakan oleh Prof Yusril Izha Mahendra, mengelola negara harus ada sumber daya manusia yang cerdas sehingga setiap orang wajib mentaati kontitusi.
Kader partai politik harus memiliki kedewasaan dalam berpolitik sehingga partai mendapatkan solidaritas yang kuat. Namun apabila partai tidak ada solidaritas maka mesin partai tidak berjalan dengan semestinya. Dengan demikian, partai bisa menyelesaikan kekisruhan dengan baik sehingga tidak akan lahir benih-benih konflik dan menciptakan partai baru. Partai politik tetap dilihat sebagai partai yang membuat teduh bagi orang-orang yang bernaung di bawahnya, ini sangat dibutuhkan solidaritas yang kuat dalam organisasi partai. Tentu saja setiap kader partai politik jangan sampai berpolitik untuk uang namun untuk niat yang baik mengelola negara.
Jika setiap partai politik di Indonesia mampu menjalankan politik dengan baik, maka tentunya suhu dunia politik kepartaian di Indonesia akan berjalan dengan efektif. Jika pelembagaan partai politik sudah baik, tentu akan berdampak juga terhadap perbaikan kualitas demokrasi yang ada di Indonesia. Kinerja partai politik sebagai pilar demokrasi tentu akan semakin kokoh dan akan membawa perbaikan pada efektivitas pemerintahan dan lebih jauh untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.